WartaDepok.com – Peneliti Universitas Indonesia, Herryansyah khawatir tingkat golput Pilkada Depok 2020 bakal tinggi. Itu lantaran mereka yang berkontestasi hanya didominasi muka-muka lama.
PKS mengusung Wali Kota Depok Idris Somad dan kadernya, Imam Budi Hartono.
Sementara Gerindra mengusung Wakil Wali Kota Depok Pradi Supriatna yang menggandeng kader PDIP Afifah eks caleg PDIP Subang-Majalengka-Sumedang.
“Boleh dibilang yang akan bertarung dalam Pilkada Kota Depok nanti adalah Pasangan 4L alias “Lu Lagi-Lu Lagi”,” ujar dia melalui keterangan tertulisnya, Selasa (18/8) malam.
Herryansyah menyebut masyarakat hanya akan dijadikan objek yang mau tidak mau, suka tidak suka, harus memilih pasangan yang sudah dicalonkan parpol-parpol penguasa DPRD Kota Depok, tanpa bisa memilih calon lainnya.
“Hal ini menunjukkan mandeknya regenerasi politik di Kota Depok selama ini karena tidak ada calon walikota baru yang diharapkan dapat membawa depok menuju arah yang lebih baik,” jelas dia.
Kalau hanya calon lama apalagi dari petahana, lanjut dia, warga Depok sulit berharap akan ada terobosan atau kemajuan yang signifikan. Pada akhirnya perkembangan kota Depok hanya akan berjalan seperti biasa layaknya 5 tahun sebelumnya.
“Siapapun yang akan terpilih nanti tidak ada harapan baru, semangat baru, darah baru yang diharapkan bisa membawa perubahan yang signifikan bagi Kota Depok,” cetus dia.
Herryansyah menjelaskan jika Idris dan Pradi selama memimpin Depok tidak ada yang istimewa.
Kondisi Depok makin tidak jelas arahnya, tidak ada terobosan yang berarti bagi kesejahteraan masyarakat Depok apakah infrastruktur atau pelayanan lainnya.
Menurutnya, Depok yang seharusnya bisa memainkan peran strategis sebagai salah satu Kota yang berbatasan langsung dengan Ibukota Negara, justru terlihat hanya sebagai “pelengkap penderita” bagi DKI Jakarta.
“Karena Depok yang selalu terdampak dari berbagai masalah yang ada di DKI Jakarta, seperti masalah Banjir, Sampah, Urbanisasi, Kriminalitas, dan masalah social lainnya.
Kalaupun ada “hingar-bingar” pembangunan yang ada di sepanjang Jalan Margonda, itu lebih banyak di topang oleh sektor swasta yang memang mempunyai kepentingan ekonomi atas wilayah tersebut,” ungkap dia.
Dia berharap muncul calon altenatif dalam Pilkada Depok. Potensi tersebut amat besar sangat dikarenakan beberapa partai-partai seperti Golkar, PKB, PAN, PSI yang apabila memiliki keinginan yang kuat untuk membawa perubahan ke kota Depok dapat berkoalisi dan mengusung paslon sendiri.
“Kami kira partai-partai ini belum menentukan sikap,” ujar Herryansyah.
Dijelaskan Herryansyah, banyak tokoh-tokoh muda alternatif yang bisa menampung harapan perubahan.
Ada dari birokrat Hardiono sekda Depok, ada dari kalangan profesional dokter Farabi sekaligus kader Golkar, ada tokoh muda Rudi Samin, juga ada dari akademisi Rama Pratama mantan anggota DPR PKS.
“Dari kalangan nahdiyin ada intelektual muda GP Anshor Habib Ahmad Riza Alhabsyi,” tambah Herryansyah.
“Saya khawatir ketika tidak ada balon alternatif kemungkinan Golput bisa 50% karena rakyat Depok malas lihat yang itu-itu aja atau 4L alias Lu Lagi-Lu Lagi,” pungkasnya.(ath/mam/WD)