HeadlinePeristiwa

Peneliti LIPI Sebut Varian Delta Dominasi Pandemi

53
×

Peneliti LIPI Sebut Varian Delta Dominasi Pandemi

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi Pixabay

WartaDepok.com – Hasil penelitian Pusat Penelitian Biologi LIPI selama 3 pekan di laboratorium Bio Safety Level 3 diketahui bahwa lebih dari 95 persen kasus terkonfirmasi positif Covid-19 disebabkan oleh varian virus Delta atau B.1.617.2.

Penyebaran virus corona di tanah air dalam beberapa pekan terakhir menunjukkan kenaikan signifikan, kendati angka kesembuhan juga makin tinggi.

Menurut Ketua Tim Pengurutan Genom Menyeluruh (Whole Genom Sequencing/WGS) SARS COV-2 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Sugiyono Saputra, lonjakan kasus Covid 19 di Indonesia kemungkinan besar disebabkan oleh varian Delta yang diketahui pertama kali ditemukan di India. Varian Delta juga menyebar pesat di 100 negara dunia dan menjadi varian dominan saat ini. Inggris pada pekan terakhir Juni mencatat hampir 40 ribu kasus varian Delta dan Amerika Serikat dengan kenaikan kasus mencapai 70 persen.

Peneliti dari Pusat Penelitian Biologi LIPI ini dalam keterangan persnya, Sabtu (17/7/2021), menyatakan jika dilihat dari data genom SARS COV-2 yang berhasil diurutkan (sequencing) dan diidentifikasi selama tiga minggu terakhir, lebih dari 95 persen merupakan varian Delta. Sisanya adalah varian Alfa serta varian lokal Indonesia. Ini merupakan hasil sajian data dari lembaga kesehatan nirlaba asal Jerman, GISAID.

“Dari penelitian yang kami lakukan di laboratorium Bio Safety Level (BSL) 3 LIPI, dengan melakukan pengambilan sampel selama 8 hari terhitung dari 10-18 juni 2021, ditemukan hampir 100 persen adalah varian Delta,” kata doktor bidang kedokteran hewan dari Adelaide University ini.

Menurutnya faktor utama yang menyebabkan varian delta begitu berbahaya dan penyebarannya sangat masif adalah karena karakteristiknya. Varian bernama ilmiah B.1.617.2 ini memiliki tingkat penularan yang sangat tinggi dibanding varian lain. “Material genetik yang ditemukan di varian Delta punya karakter yang bisa menurunkan efektivitas dari vaksinasi dan terapi obat yang saat ini dilakukan,” kata Sugiyono.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Inggris, katanya, varian Delta ini sangat berkorelasi dengan peningkatan jumlah pasien Covid-19 dirawat di rumah sakit. “Artinya, varian ini punya efek terhadap keparahan kondisi pasien Covid-19,” jelasnya.

Varian Delta bukan satu-satunya jenis virus corona yang melanda Indonesia saat ini. Karena dari hasil riset tim WSG SARS COV-2 LIPI, ditemukan pula varian baru lokal yaitu B.1.466. “Sebelum varian Delta masuk, sudah ada varian baru asal Indonesia mendominasi kasus Covid-19 di tanah air,” kata Sugiyono.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) sempat mengingatkan Indonesia agar varian lokal terus dimonitor, karena secara genetik varian ini mampu meningkatkan transmisi atau penularan di masyarakat. Selain itu varian ini juga dapat menyebabkan penurunan efektivitas vaksin dan terapi obat.

Sugiyono juga menjelaskan, sampai saat ini, belum ada bukti ilmiah atau efek secara epidemiologi yang menunjukkan secara langsung efek dari mutasi varian B.1.466. Varian lokal saat ini kasusnya tidak banyak dan sampai saat ini varian Delta justru lebih berbahaya.

“Sejak penelitian Covid-19 dilakukan di Indonesia selama lebih dari 1 tahun terakhir, telah ditemukan lebih dari 10 varian Covid-19. Namun varian yang menjadi perhatian adalah Delta, Alfa, dan varian of interest yaitu Gamma,” katanya.

Varian Alfa diketahui berasal dari Inggris dengan nama ilmiahnya B.1.1.7 dan varian Beta dari Afrika Selatan dengan kode B.1.351 dan Brasil menjadi asal dari mutasi varian Gamma berkode P.1.

Tim WSG SARS COV-2 LIPI serta sesuai data dari GISAID belum menemukan adanya kasus masyarakat terkonfirmasi positif varian Gamma dan Lamda di Indonesia, kendati dunia saat ini telah dihebohkan oleh varian baru tersebut.

BACA JUGA:  Prakiraan Cuaca Depok Hari Ini, Rabu 15 Januari 2025

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *