WartaDepok.com – Kegagalan PDI Perjuangan dalam Pilkada Depok 2020 dinilai sudah pada puncaknya. Pasalnya ini adalah kali keempat ‘Moncong Putih’ tumbang.
Khusus 2015 dan 2020, PDIP sejatinya diuntungkan lantaran punya posisi kuat di parlemen. Pertama menjadi pemenang pemilu, selanjutnya hanya turun satu kursi alias menempatkan 9 kadernya di DPRD.
Pernyataan tersebut diungkapkan Politikus Senior PDIP, Totok Sardjono ketika menggelar konferensi pers di Depok, Jawa Barat, Sabtu (13/12).
“PDIP Perjuangan wajib melakukan perubahan ‘radikal’ agar partai kembali bertaji. Tidak boleh dibiarkan,” ujar pria yang berstatus Kader Pendidik PDIP tersebut.
Towels heran dengan sikap partainya. Tiap hajatan Pilkada Depok, para pengurus selalu melakukan kesalahan yang sama.
“Tidak cermat menganalisis. Tidak menghargai proses politik. Tidak mau mendengar kader. Semua serba sporadis, tanpa analisis dan konsep yang matang,” beber Towels.
Dia lantas menyinggung soal dipilihnya Dimas Oky Nugroho dan Afifah Alia pada dua edisi terakhir Pilkada. Towels menyebut kedua figur tersebut sama sekali tak mewakili partai.
“Hasilnya bisa dilihat kan. Mesin partai gak jalan. Mereka tidak punya chemistry ke kader-kader. Ini efek dari kemauan segelintir pengurus partai,” ungkap Towels.
“Gak jelas makanya. Padahal PDIP punya momentum di Pilkada sekarang,” lanjut dia.
Ditanya soal siapa yang paling bertanggung jawab, Towels lantas menyebut nama. Dia menilai sosok ini harus segera dievaluasi.
“Sukur Nababan.DPP harus bertindak. Dia harus mundur. Tidak jeli mengambil keputusan strategis partai,” jelas Towels.
Dia berharap Pilkada 2020 harus menjadi pelajaran penting bagi PDIP Depok. Egoisme politik hanya membuat partai makin hancur.
“Jangan samakan partai dengan perusahaan. Seolah-olah di PDIP macam Komisaris dan Direktur, mereka saja yang buat keputusan. Harus segera dirombak,” tutup Towels. (*)