WartaDepok.com – Sejumlah pria di Sumedang, Jawa Barat, bertumbangan usai mengonsumsi produk kopi ’perkasa’ pembangkit stamina untuk dewasa. Produk sejenis sejak lama jadi sorotan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Dikatakan, berbagai produk kopi tersebut bekerja dengan memperlancar aliran darah. Sebagai efek sampingnya, denyut jantung jadi berdebar kencang. Kondisi ini membebani jantung dan bisa berakibat fatal.
Dalam beberapa kasus, produk semacam itu memiliki kandungan kopi yang dicampur obat disfungsi ereksi sildenafil. Efek obat tersebut berpengaruh juga ke jantung sehingga tidak boleh dipakai sembarangan.
“Nah itu intinya di sildenafil,” kata Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), dr Dian Zamroni, SpJP, FIHA
Sildenafil merupakan bahan kimia yang digunakan untuk menangani disfungsi ereksi atau impotensi. Selain itu, mengurangi tekanan di pembuluh darah arteri paru-paru saat terjadi peningkatan (hipertensi pulmonal). Obat ini bekerja dengan menghambat enzim phosphodiesterase-5 (PDE5), sehingga membuat otot polos di pembuluh darah di paru-paru menjadi kendur dan meningkatkan aliran darah.
dr Dian mengatakan, kandungan sildenafil ini akan menimbulkan efek vasodilator. Dikutip dari Mayo Clinic, vasodilator merupakan golongan obat yang digunakan untuk melebarkan pembuluh darah agar aliran darah dapat mengalir secara lancar, sehingga tidak membebani jantung dalam memompa darah.
Vasolidator juga umumnya digunakan saat obat lain tidak cukup mengontrol tekanan darah. Vasodilator juga memiliki beberapa efek samping, seperti:
– Detak jantung cepat (takikardia)
– Palpitasi jantung
– Retensi cairan (edema)
– Mual dan muntah
– Sakit kepala
– Pertumbuhan rambut yang berlebihan
Hal senada juga disampaikan Kepala Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Denpasar, I Gusti Ayu Adhi Aryapatni. Di Denpasar, produk kopi ‘perkasa’ juga beredar dan berisiko memakan korban.
“Mekanisme cara kerjanya memperlancar aliran darah, efek sampingnya detak jantung jadi cepat. Efek sampingnya kalau ada yang gangguan jantung kan nantinya bisa anfal, tergantung juga dosis yang digunakan, tergantung kondisi masing-masing. Tergantung seberapa besar yang dikonsumsi, kalau dalam jumlah besar kan terjadi yang tidak diinginkan,” katanya.Sejumlah pria di Sumedang, Jawa Barat, bertumbangan usai mengonsumsi produk kopi ’perkasa’ pembangkit stamina untuk dewasa. Produk sejenis sejak lama jadi sorotan Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Dikatakan, berbagai produk kopi tersebut bekerja dengan memperlancar aliran darah. Sebagai efek sampingnya, denyut jantung jadi berdebar kencang. Kondisi ini membebani jantung dan bisa berakibat fatal.
Dalam beberapa kasus, produk semacam itu memiliki kandungan kopi yang dicampur obat disfungsi ereksi sildenafil. Efek obat tersebut berpengaruh juga ke jantung sehingga tidak boleh dipakai sembarangan.
Kronologis Kopi Cleng
Sebelumnya, 10 pria asal Sumedang malah keracunan suplemen kejantanan pria berupa kopi merek Cleng dan kopi Jantan.
“Sepuluh orang diduga mengalami keracunan, delapan orang minum kopi Cleng dan dua orang minum kopi Jantan,” kata Kapolres Sumedang AKBP Hartoyo.
Hartoyo mengungkapkan kopi penambah stamina pria ini dijual di depot jamu dengan harga Rp 20 ribu. Kopi perkasa tersebut dibuat di luar Sumedang. “Daerah lain, di Jawa Tengah,” ujarnya.
Kopi yang diminum para korban dijual di depot jamu milik TN (69) di Jalan Sebelas April, Lingkar Tegalkalong, RT 02 RW 05, Kelurahan Kota Kaler, Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang.
Polisi sudah meminta keterangan kepada penjual kopi perkasa. Selain itu, polisi menemukan sejumlah merek lain dengan produk kopi yang sama di depot jamu tersebut. Sejumlah sampel dibawa untuk dilakukan pengujian oleh BPOM dan Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang.
Hartoyo menambahkan, dengan adanya insiden ini, pihaknya berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang dan BPOM melakukan sidak ke sejumlah depot jamu. Setelah ditelusuri, kopi tersebut tidak memiliki izin edar.
“Tidak ada izin edar. BPOM memastikan itu tidak ada izin edar,” ujarnya.
Juru bicara RSUD Sumedang Iman Budiman mengatakan para korban datang tidak bersamaan. Pasien mengalami disorientasi setelah minum kopi tersebut.
“Disorientasi itu pasien tidak tahu tempat, tidak tahu waktu, kaya bingung gitu. Aktivitasnya menjadi tidak terkendali. Rata-rata usia 24-70 tahun, semua laki-laki,” katanya.
Para pasien dirawat dua hingga tiga hari untuk menetralkan racun yang terserap.